Friday 5 July 2019

Selamat Jalan Prof Abu Su’ud

Civitas academika Universitas Negeri Semarang (UNNES) kembali berduka setelah sebelumnya kehilangan putra terbaiknya, Prof Dr Rasdi Ekosiswoyo MSc. Kini giliran Guru Besar Universitas Negeri Semarang (UNNES) Prof Dr Abu Su’ud harus berpulang ke Rahmatullah, pada Kamis sore (4/7) di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan (RSUP) dr Kariadi Semarang.

Purna karya dosen Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNNES tersebut dimakamkan pada Jumat pagi (5/7), bertempat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Chusnul Khotimah, Patemon, Gunungpati, Semarang.

Sebelum dimakamkan, sebagai bentuk penghormatan terakhir terhadap Sang Guru Besar Emiritus Sejarah UNNES dan mantan Rektor Unimus tersebut, UNNES menyelenggarakan upacara pelepasan jenazah.

Bertindak sebagai inspektur upacara, Rektor UNNES Prof Dr Fathur Rokhman MHum menyampaikan duka mendalam atas kepergian almarhum.

“Bagi keluarga besar UNNES, beliau termasuk guru besar yang sangat produktif menulis dan mudah bergaul dengan berbagai kalangan sehingga ia dikenal banyak orang. Semangat menulis beliau tidak pernah berhenti hingga nyawa beliau berpisah dari raganya. Sebab, beliau masih tetap aktif menjadi kolumnis di Suara Merdeka pada rubrik Gayeng Semarang,“ tutur Profesor Bidang Sosiolinguistik tersebut.

Seperti yang diketahui, dari tangan almarhum lahir sejumlah buku diantaranya Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asial Selatan (1988), Sejarah Asia Selatan (Sebelum Zaman Islam) (1992), Format Metodologi Pengajaran Sejarah Dalam Transformasi Nilai dan Pengetahuan (1994), Prosedur Penulisan Hadits (2000), Ritus-ritus Kebatinan (2001), Islamologi (Sejarah, Ajaran & Peranannya dalamPeradaban Umat Manusia) (2003), Haji, Antara Syara dan Mitos (2003), Sepanjang Hari Bersama Rasulullah SAW (2003), dan Semangat Orang-orang Tegal (2003).

Saya berharap, Imbuh Rektor, semangat yang ditunjukkan Prof Abu Su’ud  dalam mengembangkan keilmuan harus dilanjutkan oleh generasi penerus di FIS khususnya, dan UNNES pada umumnya. Almarhum akan sangat bangga jika ke depan seluruh kolega dan muridnya dapat memberikan pengabdian, komitmen, dan dedikasi, bukan hanya bagi perguruan tinggi tetapi juga bagi bangsa, melebihi apa yang pernah beliau lakukan.

Tak hanya berkecimpung di dunia pendidikan sebagai akademisi dan penulis, Prof Abu Suud juga dikenal berkat kiprahnya di kegiatan sosial kemasyarakatan di Jawa Tengah. Guru besar yang lahir di Tegal pada 27 Juli 1938 tapi besar di Comal, Pemalang, itu aktif di Muhammadiyah. Bahkan pernah menjabat Ketua PW Muhammadiyah Jateng periode 1995-2000.

Kepergian Guru Besar yang purna tugas pada tahun 2008 ini, meninggalkan seorang istri Hj Futikha SH dan tiga orang anak yakni Nahwa Arkhaesi, Wildan Sani, dan Triski Salawati.

Dwi Hermawan (Student Staff)


from Universitas Negeri Semarang

No comments:

Post a Comment