Friday, 19 July 2019

Fasilitasi Peneliti, Gugus Penerbitan LP2M Selenggarakan Workshop Kepenulisan

Sudah berapa banyakkah  dosen di perguruan tinggi yang sudah menulis buku? Bukan rahasia lagi, publikasi ilmiah dalam bentuk buku sangat jarang ditekuni oleh para peneliti ataupun dosen di Indonesia. Artinya, buku-buku ilmiah karya penulis Indonesia juga sangat sedikit diterbitkan.

Banyak dosen atau peneliti lebih memilih karya tulis ilmiah (KTI) dalam bentuk lebih pendek atau lebih sederhana, seperti artikel ilmiah, makalah, dan laporan penelitian.

Sayangnya, karya-karya tersebut tidak lagi ‘berbunyi’ setelah diterbitkan dan terkubur begitu saja di rak-rak lembaga/institusi sebagai dokumen ‘mati’, apalagi yang namanya skripsi, tesis, dan disertasi.

Hal itulah yang disampaikan oleh pendiri PT Inkubator Penulis Indonesia sekaligus desainer dari nulix.id Bambang Trimansyah pada Workshop Penulisan Buku Nonfiksi Hasil Penelitian Berbasis E-Book dan Sosialisasi Sertifikasi Penulis Buku Nonfiksi pada Senin (15/7)bertempat di Rektorat UNNES.

Menurut Bambang, menulis buku memang sebuah lompatan bagi seorang dosen atau peneliti yang sebelumnya hanya  mampu menulis KTI berformat pendek.  Disebut sebuah lompatan karena karya buku memang memerlukan energi besar dan napas panjang untuk menyelesaikannya.

Di satu sisi, sang dosen atau peneliti sebenarnya sudah memiliki bahan baku yang tinggal diubah ke dalam format buku.

“Hanya satu langkah lagi menjadi buku yakni dengan konversi atau dalam bahasa lain disebut ‘menyadur’”, jelas Bambang.

Selain Bambang Trimansyah, kegiatan yang diselenggarakan oleh Gugus Penerbitan LP2M UNNES ini juga menghadirkan dua narasumber lain yakni Milky Wahyu Widjaja dan Dr Ir Elang Ilik Martawijaya.


from Universitas Negeri Semarang

No comments:

Post a Comment