Cinta tanah air harus selalu ditanamkan melalui konsep mangun rasa handarbeni dan mulat sarira hangsara wani. Handarbeni berarti ikut merasakan dan melakukan tindakan sebagai seorang pemilik, sehingga seseorang merasa punya tugas dan tanggung jawab atas kepemilikannya. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof Saratri Wilonoyudo dalam Sarasehan Selasa Legen yang ke-61 di panggung terbuka Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Semarang, Senin (25/8).
Lebih lanjut Prof Saratri menyatakan, di masa kini konsep mulat sarira hangrasa wani yang berarti berani melihat diri sendiri sudah ditinggalkan, sehingga pemimpin kini tidak mampu melihat kesalahan dalam dirinya.
“Pemimpin perlu mempunyai daya angon seperti ajaran yang terdapat dalam lagu Ilir-Ilir sebagai perwujudan mandat Tuhan melalui laku menek blimbing. Mandat Tuhan bukan berarti tanah air merupakan warisan tetapi tanah air merupakan titipan, sehingga kita perlu memikirkan masa depan anak cucu kita di tanah air ini,” Ujar Prof Saratri.
Sarasehan Selasa Legen yang ke-61 juga menampilkan gendhing, tari, macapat dan geguritan.
from Universitas Negeri Semarang
No comments:
Post a Comment