SEKITARUNNES.COM, SEMARANG - mulai hari senin 19 mei 2014, tabuhan gong kompetisi Pilpres untuk merebut simpati hati rakyat dari Miangas hingga Pulau Rote telah ditabuh dan gema resonansinya meramaiaikan jagad raya. Dua pasangan Capres/Cawapres Jokowi Dan JK akan bertarung dengan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Dua pasangan yang didukung dua poros PDI-P dengan koalisi bersama Nasdem, PKB, Dan Hanura akan saling berkompetisi merebut hati rakyat untuk menjadi pemimpin negeri ini.Poros Gerinda dengan koalisinya Partai Golkar, PAN, PPP,PKS dan PBB dalam Pilpres 9 Juli mendatang hari ini pun sama-sama telah mendeklarasikan diri walaupun pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda pula.
Pada sisi lain, hari ini pertarungan udara pun tampaknya telah mulai bergemuruh di ruang private masyarakat. Menusuk jantung rakyat Indonesia. Dua televisi berita nasional TVOne dan MetroTV pun telah menunjukan eksistensinya dalam menggemuruhkan perhelatan Pilpres dengan menyiarkan secara live deklarasi kedua pasangan Capres/Cawapres. TVOne melaporkan kegiatan pasangan Prabowo dan hatta rajasa. Sementara MetroTV menayangkan secara live pula deklarasi duet Jokowi Dan JK.
Kehadiran siaran langsung kedua media televisi itu tentunya menggembirakan kita sebagai masyarakat dalam memperoleh informasi yang faktual, terkini, akurat dan mencerahkan serta mencerdaskan kita sebagai pemilih dan penguasa bangsa sebagaimana amanat konstitusi sehingga pada hari H nya kita sebagai rakyat mampu menetukan siapa nakhoda bangsa ini lima tahun ke depan yang akan membahagiakan kita sebagai rakyat dan penghuni negara ini.
Kehadiran dua media televisi nasional yang menyiarkan secara langsung deklarasi dua pasangan Capres/Cawapres ini tentunya diharapkan mampu mengeskalasi daya partisipasi masyarakat dalam Pilpres mendatang untuk kepentingan bangsa secara komprehensif. Sekaligus memberikan pendidikan politik yang sehat, santun dan bermartabat untuk kejayaan bangsa.
Bagaimana pun juga media televisi kini bukan hanya sekedar menayangkan program yang bersifat sebagai hiburan semata bagi masyarakat, namun media televisi diharapkan mampu memberikan nilai pencerdasan dan pencerahan bagi pemirsanya sebagaimana fungsi inheren yang terkandung dalam misi media televisi.
Yang perlu kita khawatirkan (semoga ini hanya kekhawatiran tak beralasan penulis saja) adalah ketidaknetaralan media televisi dalam memberitakan dan menayangkan jalannya kompetisi Pilpres 2014 yang tentunya akan melahirkan distabilitas bagi kerukunan bangsa dan negara ini.
Keberpihakkan media televisi khusunya dan media massa lainnya bukan hanya membuat jalannya kompetisi tidak berlangsung dengan santun, sehat dan bermartabat sebagaimana yang menjadi roh dan jiwa bangsa ini, namun akan membuat turbulensi dalam kehidupan bermasyarakat, dan berbangsa urgensialnya selama masa perjalanan kampanye ke depannya.
Shierlay Biagi, dalam bukunya yang berjudul Media/Impack mengatakan bahwa: orang dewasa saat ini menghabiskan lebih dari setengah waktu mereka dengan media saat mereka terbangun lebih lama dari waktu tidur. Setiap hari rata-rata setiap orang menghabiskan waktu lebih banyak dengan media daripada tidak bermedia.
Kenyataan inilah yang memungkinkan bisa menjadi alasan untuk membenarkan sebuah pernyataan bahwa medialah yang menguasai pola pikir masyarakat, medialah yang membentuk karakter masyarakat. Media mampu menentukan tema dalam interaksi sosial masyarakat. Apa yang dibicarakan di dalam media, itu pula yang menjadi topik perbincangan dalam masyarakat. Bahkan disadari atau tidak, media juga mampu mempengaruhi gaya hidup dalam masyarakat.
Namun berbekal kedewasaan yang telah dilalui media televisi di negeri ini dalam mengawal dua Pilpres sebelumnya, kita sungguh yakin dan sangat percaya dengan integritas dan kwalitas para pengelola media televisi dan media massa lainnya di negeri ini akan mampu menjadi agen perubahan bagi bangsa dan rakyat negeri ini menuju cita-cita bangsa sebagaimana yang dicita-citakan pendiri bangsa ini.
Terlepas siapapun owner media televisi, apakah pemiliknya seorang Ketua Partai atau politisi, namun pengelola media televisi harus menyakinkan masyarakat bahwa keberpihakan kepada salah satu pasangan Calon adalah awal ketidak profesional para pengelolanya dalam mengaplikasikan fungsi media. Dan ketidakpercayaan publik terhadap sebuah media massa sungguh mahal harga.
Dan para pengelola media pasti sudah paham dan tahu resiko yang akan mareka hadapi ketika kepercayaan publik terhadap media hilang. Bagi pengelola media kepercayaan yang diberikan publik adalah sebuah apresiasi yang harus mareka jawab dengan melahirkan tayangan yang berkwalitas dan mencerdaskan serta mencerahkan pemirsa. Tak terkecuali dalam perhelatan kompetisi Pilpres 2014 9 juli mendatang.(Rusmin)
Mei 2014, Toboali, Bangka selatan.
Sumber : politik.kompasiana.com