Laju erosi yang semakin tinggi apabila dibiarkan dapat menyebabkan longsor yang mengancam jiwa dan mengakibatkan bencana alam yang lebih parah. Salah satu pengaruh laju erosi yaitu kearifan lokal yang dilakukan petani dalam mengelola lahan pertanian, apalagi wilayah Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati memiliki lahan yang miring.
Hal itulah yang mendorong mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Sosial Humaniora (PKM-PSH) 2018 beranggotakan Nur ‘Izzatul Hikmah, Lu’lu’il Munawaroh dan Tegar Nugraha Satya Wibawa meneliti kearifan lokal para petani di Kelurahan Sekaran yang dapat mengurangi laju erosi.
Pertama para petani menginjak-injak tanah untuk memadatkan tanah, kemudian menaruh sisa-sisa dedaunan dan rerumputan pada lahan pertanian sekaligus menabur abu bekas kayu bakar di sawah. Setelah itu batu-batu disusun pada lahan pertanian yang miring.
Tim yang dibimbing oleh Ariyani Indrayati SSi MSc ini berhasil membuat alat pengukur laju erosi yang diberi nama cynometer beserta modul pembuatannya. Tak hanya itu, peta tingkat bahaya erosi juga mereka buat. Peta ini dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan dalam mengolah tanah untuk mengurangi laju erosi, terutama di Kelurahan Sekaran.
Tidak mengherankan jika penelitian ini mendapatkan review yang bagus di Seminar Nasional Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018. Reviewer yang berasal dari Universitas Gajah Mada menilai, temuan terkait kearifan lokal terhadap pelestarian sungai dalam suatu ekosistem, layak menjadi rujukan daerah aliran sungai yang lain.
NidaMR (Student Staff)
from Universitas Negeri Semarang
No comments:
Post a Comment