Ahmadinejad dikenal tegas dan keras pada lawan politik Iran yakni Amerika Serikat dan sekutunya, Israel. Dia menghipnotis banyak orang dari ragam agama dan budaya. Kesederhanaannya tersorot media dan dia tetap hidup bersahaja meski saat itu menjabat sebagai orang nomor satu Negeri Mullah.
Dilansir dari situs ghas-san.com, beberapa jurnalis pernah merekam keseharian lelaki asal Kota Aradan ini. Banyak catatan mengatakan betapa murah hatinya Ahmadinejad. "Dia tidak seseram janggut di wajahnya," tulis harian USA Today (2006).
Pertanyaan wartawan tentang dirinya paling terkenal yakni, pikiran apa melintas pertama kali saat Ahmadinejad bangun pagi dan melihat dirinya di cermin? Jawaban lelaki 55 tahun itu mengagetkan, dia bilang "aku hanya pelayan rakyat. Tugasku mengabdi pada negara meski berat."
Ahmadinejad juga membuat aturan untuk diri sendiri. Menjabat presiden tak membuatnya menggunakan kesempatan meraup kekayaan negara untuk pribadi dia. Fakta dilansir dia mendonasikan seluruh karpet di kantor kepresidenan untuk diberikan pada masjid-masjid seluruh Ibu Kota Teheran. Tempat pribadinya kecil dengan furnitur sederhana mengikuti tata ruang, bahkan terkadang para tamu diajak berbincang di kebun istana.
Ahmadinejad juga mengajak kabinetnya untuk hidup sederhana. Kesejahteraan mereka dimonitor langsung oleh pemerintah agar seluruhnya jauh dari korupsi. Presiden ini tidak pernah mengambil gajinya sebagai kepala negara, dia malah mengandalkan bayaran menjadi dosen tetap di almamaternya Universitas Teheran, meski hanya Rp 2,3 juta. Saban kali menunjuk menteri, dia bakal meminta kandidat meneken surat kontrak berisi komitmen siap miskin hingga selesai menjabat. Di situ juga tertera kekayaan menteri bakal dicek lagi setelah dia tidak lagi menjabat.
Kemana pun Ahmadinejad pergi, dia menenteng sendiri barang bawaannya. Dia juga memilih bepergian dengan transportasi umum kelas ekonomi. "Itu membuat saya mengetahui kehidupan masyarakat Iran," ujarnya dilansir surat kabar the Guardian (2008).
Jangankan pesta mewah, bahkan anak-anak Ahmadinejad tak satu pun boleh memakai fasilitas negara selama ayahnya menjabat jadi presiden. Seluruh darah dagingnya tidak diizinkan sedikit pun untuk menggunakan mobil, rumah, listrik, maupun fasilitas dibiayai rakyat. "Mereka harus tahu, itu bukan milik keluarga kami. Itu milik rakyat. Suatu hari kami harus mempertanggung jawabkannya," ujar Ahmadinejad seperti dilansir ynetnews.com (2007).
Anak-anak Ahmadinejad paham betul prinsip sang ayah. Mereka pun mengikuti dengan taat setiap ajaran baik ditularkan oleh orang tuanya. Kesederhanaan ini terlihat pula ketika presiden Iran itu menikahkan anaknya, Alireza.
Aslinya pernikahan itu tidak banyak publikasi. Namun salah seorang tamu bernama Javad Matin mengunggah foto-foto pernikahan Alireza dengan seorang perempuan yang ayahnya masuk dalam daftar tentara Garda Iran.
Pernikahan pada 2011 itu jauh dari kata mewah untuk ukuran anak presiden. Biayanya hanya Rp 2,9 juta dan tamu diundang kurang dari 200 orang. Acaranya hanya digelar di halaman istana kepresidenan. Pernikahan sakral itu diisi dengan pengajian dan doa bersama. Tidak ada kemeriahan musik, pelaminan megah, dan lain-lain disebut Ahmadinejad sebagai pemborosan.
Biasanya acara melibatkan orang nomor wahid selalu dijaga ketat aparat keamanan. Tapi Ahmadinejad menolak bantuan kepolisian setempat untuk bersiaga selama acara berlangsung. Tidak nampak pula penutupan atau pengalihan arus jalan-jalan seperti dilakukan para pejabat di Indonesia. Ahmadinejad mengatakan, polisi bertugas melayani seluruh masyarakat dan untuk kebutuhan penting, bukan malah jadi satpam pernikahan.
Beda pemimpin beda pula gayanya. Namun tak ada salahnya meniru hal baik selama untuk kebaikan.
Sumber : www.merdeka.com
No comments:
Post a Comment