Keterampilan berbahasa paling dominan yang dilakukan oleh manusia adalah menyimak. Waktu yang digunakan orang dewasa untuk menyimak mencapai 45 persen, jauh lebih besar dari waktu yang digunakan untuk berbicara (30 persen), membaca (16 persen), dan menulis (9 persen).
Meski demikian, perhatian terhadap pembelajaran menyimak masih sangat kurang. Sebagian orang menganggap menyimak sebagai keterampilan alami sehingga tidak perlu dilatih.
Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Semarang (Unnes) Deby Luriawati Naryatmojo mengatakan itu ketika ujian terbuka doktor pada Senin (15/1) di Pascasarjana UNNES, Jalan Kelud, Semarang.
Untuk membuat menyimak l ebih diminati untuk dipelajari, ia mengembangkan model lingkungan belajar konstruktif bermuatan kearifan lokal.
Menurut Deby, berdasarkan model yang dikembangkannya, minat mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan menyimak akan semakin baik.
Selain dapat meningkatkan minat dan kompetensi mahasiswa, modeal yang dikembangkan juga memuat kearifan lokal. Dengan demikian, selain belajar keterampilan menyimak secara teknis model itu juga mengajak mahasiswa memahami dan menghayati kearifan lokal di lingkungan hidupnya.
Dalam ujian terbuka itu, Deby Luriawati dinyatakan lulus dengan nilai memuaskan. Penguji dalam ujian terbuka itu adalah Prof Dr Fathur Rokhman, Prof Dr Haryadi (Universitas Negeri Jakarta), Prof Dr Rustono, Dr Hari Bakti Mardikantoro, Prof Dr Subyantoro, dan Prof Dr Suminto A Sayuti (Universitas Negeri Yogyakarta).
from Universitas Negeri Semarang
No comments:
Post a Comment