Saturday, 2 May 2020

Guru Jadi Faktor Kunci Kualitas Pendidikan

Penyiapan guru yang profesional dalam mendidik mesti disiapkan sejak proses seleksi calon mahasiswa. Guru memegang peran kunci dalam praktik pendidikan di sekolah dan menentukan kualitas pendidikan di Indonesia.

Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Dr Subandi Sardjoko, menuturkan, upaya untuk mendukung kualitas calon guru mesti terus diupayakan oleh Lembaga Pendidikan tenaga Kependidikan (LPTK). Hal itu bisa dilakukan melalui sejumlah cara, di antaranya, seleksi penerimaan calon mahasiswa mulai diperketat dan menyaring mereka yang benar-benar punya passion di bidang keguruan untuk dididik menjadi guru profesional.

Selain itu, LPTK juga mesti melakukan pembatasan kuota untuk calon mahasiswa baru di masing-masing prodi berdasarkan hasil akreditasi prodi. Program microteaching/peer-teaching program Pendidikan Profesi Guru (PPG) juga mesti diperkuat. “Peran guru sangat vital dalam kegiatan pembelajaran yang berpengaruh langsung pada tinggi-rendahnya kualitas pendidikan,” ujar Subandi dalam Seminar “Kampus Merdeka: Strategi Membangun LPTK Berkarakter dan Berkelas Dunia” yang diselenggarakan secara daring oleh Universitas Negeri Semarang memperingati Hari Pendidikan Nasional, Sabtu (2/5).

Hadir pula sebagai pembicara, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pembelajaran, Iwan Syahril PhD; Independent Educational Management Profesional Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Itje Chodijah PhD; Atase Pendidikan & Kebudayaan KBRI Singapura, Veronica Enda Wulandari MSc; dan Ketua Senat Unnes, Prof Soesanto.

Kebijakan UNNES

Rektor UNNES Prof Fathur Rokhman dalam sambutannya mengatakan, UNNES mendukung kebijakan Kampus Merdeka Mendikbud melalui sejumlah kebijakan. Saat ini, kampus yang memiliki visi menjadi Universitas Berwawasan Konservasi dan Bereputasi Internasional ini menyiapkan diri berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum. Kampus yang berdiri sejak 1965 ini juga tengah mengembangkan Kurikulum Prodi Kampus Merdeka, program magang mahasiswa, dan penyiapan menjadi LPTK rujukan bereputasi dunia.

Hadir secara daring dalam seminar ini unsur pimpinan UNNES, dosen, mahasiswa, dan alumni. Selain itu, seminar juga diikuti, antara lain, Wakil Rektor I Universitas Negeri Medan, Wakil Rektor I Universitas Negeri Gorontalo, Wakil Rektor I Undiksha, Kepala LPPP Universitas Negeri Surabaya, Wakil Rektor Universitas Palangkaraya.

Iwan Syahril menuturkan, Presiden Joko Widodo telah memberikan arahan bahwa prioritas pembangunan ke depan adalah sumber daya manusia. Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Meski demikian, berdasarkan evaluasi terhadap PPG, guru dan calon guru masih berorientasi pada cara mengajar dan bukan bagaimana memfasilitasi siswa belajar. Selain itu, metode supervise klinis belum berjalan dengan baik, guru dan dosen pamong yang terlalu sibuk, dan kemampuan reflektif guru yang masih lemah.

Untuk itu, Iwan memberikan rekomendasi kepada PPG sebagai salah satu gerbang membangun guru profesional, antara lain, seleksi masuk yang berkualitas, penekanan pada kemampuan bidang, visi pembelajaran yang berpihak pada murid, sistem akuntabilitas terhadap kualitas lulusan, dan pengalaman mengajar di sekolah.

Belajar dari Singapura

Veronica Enda memaparkan materi “Bagaimana Singapura menghasilkan guru yang berkualitas.” Veronica menyampaikan, Singapura dahulu tidak memiliki sumber daya alam yang memadai. Namun, sekarang dapat membangun negara menjadi berkembang. Sepuluh tahun terakhir perkembangan Singapura demikian pesat. Menurutnya, semuanya bersumber pada guru.

“Mengapa Singapura dapat membangun dengan cepat? Semua bersumber pada guru. Untuk itu, guru yang bagus, pemimpin sekolah yang efektif, menjadi modal utama. Seleksi penerimaan  guru yang ketat untuk memenuhi kualitas. Guru harus memiliki komitmen kuat. Singapura setiap tahun mengevaluasi  kinerja, kontribusi, peningkatan karier dan kompensasi atau kesejahteraan setiap guru,” ujarnya.

Ia menuturkan, sebanyak 80% guru di Singapura menyatakan puas dengan profesinya karena dapat turut serta dalam pembangunan manusia. Singapura menghasilkan guru yang berkualitas dimulai dari rekrutmen, komitmen, pelatihan intensif, kesejahteran, dan peningkatan karier,” katanya.

Tahu Arah Siswa

Dalam materi “Kompetensi Siswa Sebagai Pijakan Awal Kompetensi Guru”, Itje Chodidjah menyampaikan keberhasilan siswa bergantung pada kompetensi guru sehingga guru harus tahu persis arah siswa. “Bagaimana caranya agar guru mampu mengembangkan kecakapan? Oleh sebab itu, LPTK sebagai lembaga resmi yang mendidik calon guru memiliki kewajiban untuk membangun kecakapan tersebut, memodelkannya dalam tata laksana sehari-hari,” ujar Itje.

Guru tidak cukup menjadi fasilitator. Mereka lebih jauh harus menjadi aktivator. Diperlukan kompetensi seorang guru untuk mengaktifkan siswa agar mampu belajar untuk dirinya sendiri. Kompetensi guru meliputi  profesional, sosial, pedagogi, dan kepribadian. Merdeka Belajar lebih ditujukan membangun kompetensi, bukan sekadar menyenangkan guru atau orangtua,” katanya.

Menurut Prof Soesanto, dalam implementasi Merdeka Belajar di LPTK, literasi digital, mau tak mau, harus menjadi obsesi bagi civitas academica selain literasi kemanusiaan, literasi lingkungan hidup, dan literasi spiritual. “LPTK menjadi bagian penting membangun generasi unggul bagi kemajuan bangsa,” ujarnya.


from Universitas Negeri Semarang

No comments:

Post a Comment