KH Muhammad Yusuf Chudlori menyampaikan selamat dan sukses kepada para imam dan khatib salat Idul Fitri 1441 H di rumah masing-masih di masa pandemi covid-19.
“Salah satu hikmah dari suasana pendemi ini bapak-bapak dapat sukses menjadi imam salat Idul Fitri di rumah pribadi masing-masih meski jamaahnya hanya istri. saya juga mengucapkan selamat pada bapak-bapak yang kemarin bisa lulus menjadi Imam salat Tarawih. Adanya pandemic covid-19 bermunculan imam-imam dadakan meski terpaksa harus ngapalin lagi surat-surat pendek,” tutur Gus Yusuf.
KH Muhammad Yusuf Chudlori menyampaikan hal tersebut pada kegiatan Halalbihalal Universitas Negeri Semarang (UNNES) secara virtual melalaui aplikasi Zoom meeting dan Live Streaming You Tube, Kamis, (28/05).
Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang tersebut juga memaparkan pentingnya halalbihalal meski tidak bisa berjabat tangan, tidak bisa berpelukan, tetapi saling mengikrarkan permohonan maaf lahir dan batin.
“Ketika Bapak-Ibu menyampaikan ikrar saling memaafkan, maka kita sudah saling memaafkan. Dosa kita kepada Allah dapat diampuni melalui taubat, beribadah, berpuasa dan lain sebagainya, maka dosa sesama manusia insya Allah terampuni dengan jalan bersilaturahmi dan saling memaafkan. Walaupun halal bihalal dilakukan secara daring tapi sekali lagi esensi dan tujuan tidak berkurang justru dalam situasi pandemi semakin merekatkan,” terang Gus Yusuf.
Menurut Gus Yusuf halabihalal merupakan tradisi khas bangsa Indonesia yang memiliki azaz kebermanfaatan.
“Kalau berbicara halal bihalal ini sebetulnya merupakan tradisi khas bangsa kita, tidak dimiliki oleh bangsa manapun. Halal bihalal tidak akan bisa kita temui meskipun Anda ke Mekah, Madinah, Eropa, Amerika bahkan negara tetangga Malaysia. Halalbihalal perlu kita lestarikan meski dalam situasi pandemi. kita tetap menyelenggarakan karena ada asas kemanfaatan lewat halal bihalal itu, yaitu saling menghalalkan dan saling menguatkan. Halalbihalal ini baru muncul sebetulnya sejak tahun 48-an di saat Indonesia baru saja merdeka, ibarat bayi baru belajar merangkak,” jelas Gus Yusuf
Melalui ceramahnya Gus Yusuf juga menyampaikan esensi pendidikan tidak hanya transfer pengetahuan, tapi juga tugas mulia membentuk karakter generasi mendatang, atau dalam bahasa pesantren disebut penanaman akhlak mulia. Menurut beliau karakter tidak cukup hanya dengan sistem online karena perlu sentuhan-sentuhan secara khusus.
“Antaranya guru dan murid perlu perlakuan khusus, kasih sayang guru, rasa hormat kepada guru ini juga harus tetap ditunjukkan Karena itu adalah kunci dari pada kemanfaatan dan keberkahan ilmu,” terang Gus Yusuf.
Halalbihalal UNNES diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh Gus Yusuf Chudlori.
from Universitas Negeri Semarang