Tuesday 19 February 2019

Dosen Dan Mahasiswa FBS Terpilih Ikuti Capacity Building Di Osaka Jepang

Bahasa dalam tubuh kita diibaratkan sebagai mata yang berfungsi untuk memandang dunia. Kercerdasan dalam berbahasa dan juga dalam berkomunikasi, ditambah dengan kemampuan dalam memahami budaya asing merupakan salah satu modal utama dalam berkompetisi di era globalisasi.

The Japan Foundation pada tahun 2019 ini menyelenggarakan sebuah program yang disebut dengan “Japanese Language Education Capasity Building South East Asia Japanese Teacher Training Collage di Osaka Japan.”. Kegiatan dilakukan di kampus Kansai Osaka Jepang.

Pada program ini Dwi Puji Asrini selaku dosen bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Isnanda Elok Hapsari, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang terpilih menjadi perserta untuk mengikuti program capacity building di Osaka Jepang.

Tujuan umum program capacity building yaitu meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa Jepang pada situasi sosial budaya yang sesungguhnya. Sedang tujuan khusus program ini yaitu bersama-sama memikirkan metode pembelajaran Bahasa Jepang yang terkini guna memberikan pengalaman belajar yang dekat dengan situasi sosial budaya Jepang di era globalisasi.

Pada perkuliahan yang diselanggarakan dalam waktu 45 hari ini (10 Januari – 23 Februari 2019), ada beberapa kelas yang harus diikuti, seperti kelas pemahaman sosial budaya, kelas diskusi mengenai perkembangan budaya dan masyarakat Jepang, kelas pidato, kelas wawancara yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat umum, kelas budaya (pengenalan budaya jepang dan pengenalan budaya Indonesia kepada siswa Jepang), serta kelas variasi yang di dalamnya membahas e-learning dalam pengajaran bahasa Jepang.

Pada kelas metode pembelajaran, peserta juga diberikan pengetahuan mengenai metode pembelajaran Bahasa Jepang yang berbasis JF Standar (standar kemampuan Bahasa Jepang yang di buat oleh The Japan Foundation) yang dapat dijabarkan ke dalam “My Can do” untuk disesuaikan dengan capaian lulusan dan capaian pada tiap pembelajaran.

 Kelas metode pembelajaran juga memuat pembuatan bahan ajar dengan menggunakan material sesungguhnya yang didapatkan selama berada di Jepang. Dengan material ini, pengajar bisa memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa, yakni merasakan secara langsung (mendengar, membaca, melihat) materi yang berupa poster, hasil wawancara dengan orang jepang, dan lain sebagainya, sehingga meningkatkan motivasi belajar sekaligus meningkatkan kemampuan lulusan bahasa Jepang. Selain itu, memasukkan pemahaman silang budaya, kondisi terkini Jepang dengan berbagai keunikan dan kemajuan teknologinya ke dalam pembelajaran menjadi satu hal yang tidak kalah penting untuk mempersiapakan tenaga profesional dengan kemampuan yang memadahi sesuai dengan kebutuhan masa kini.

Dalam kelas e-learning, diperkenalkan berbagai media, teknologi, dan wab site yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran bahasa Jepang. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran Bahasa Jepang, memiliki tujuan untuk mendukung pembelajaran baik sebagai tambahan, pelengkap, dan pengganti. Penggunaan e-learning diharapkan pembelajaran menjadi lebih realistis, lebih efisien dan, lebih praktis. Selainn itu, e-learning bisa menjadi sumber belajar, media pembelajaran, juga kelas dapat berfungsi menjadi kelas online untuk menjadi salah satu solusi terbatasnya ruang dan waktu.

Pengelola program kegiatan, Mr. Kanai Atsushi mengungkapkandalam sambutannya, program capacity building diselenggarakan pada musim dingin. Pemilihan musim dingin menjadi pertimbangan tersendiri bagi orang Jepang. Pada musim dingin ini, bunga sakura sedang bersusah payah, berusaha dalam dinginnya salju mempersiapkan dirinya untuk menghasilkan bunga yang sangat cantik pada musim berikutnya, yaitu musim semi. Filosofi inilah yang menjadi dasar pemilihan penyelenggaraan program capacity building.

“Sebagai kenshusei (sebutan untuk persera pelatihan) diibaratkan seperti telur. Supaya telur mampu menetas menjadi burung yang kuat, perkasa maka dibutuhkan musim dingin untuk menempanya. Ketika telur mampu melewati musim dingin, maka harapanya akan menjadi burung yang perkasa, dan mampu terbang tinggi bersama dengan keuletan, kesabaran dan kekuatanya,” imbuhnya.                 


from Universitas Negeri Semarang

No comments:

Post a Comment